Kamis, 10 Oktober 2013

Sedikit Cerita Tentang KITA (Aku Dan Kau)


Ketika aku masih bersama mu, banyak sekali kebahagiaan yang ku rasakan. Betapa indah nya dunia jika sudah milik kita bersama. Betapa bahagia nya kita yang bisa merasakan cinta satu sama lain. Betapa senang nya kalau aku pernah hadir dalam hidup mu. Iya. Dulu aku dan kamu pernah menjadi KITA. Menjalin suatu hubungan yang sangat indah. Aku bisa merasakan bagaimana dicintai dengan orang yang kita cinta. Aku bisa merasakan kasih sayang yang kau berikan pada ku. Dan aku bisa merasakan setiap perhatian yang kau berikan untuk ku. Aku bisa merasakan nya. Tersadar, kalau aku bahagia telah memiliki mu. Tapi, semua itu hilang begitu saja. Berawal dari sebuah kejujuran yang kau katakan pada ku membuat hubungan aku dan kau harus mengakhiri nya. Mengapa kau lakukan itu? Mengapa kau membohongi semua kata-kata manis mu yang kau kirim lewat pesan sms? Mengapa kau membuat ku terbang dengan angan yang kau berikan pada ku dan kau jatuh kan begitu saja? Mengapaaaaaa?! Tak percaya dengan semua ini, kalau selama ini kau sudah mempunyai pacar selain diriku. Memang kau menjalin hubungan dengan DIA, tapi mengapa kau meyatakan cinta mu untuk ku ketika masih bersama DIA? Aku juga yang bodoh. Menerima begitu saja cinta mu. Jika sudah seperti ini siapa yang salah? Aku mengenal mu lalu bisa merasakan apa itu cinta, tapi disisi lain aku juga yang bisa merasakan sakit hati dari mu. Aku terlalu larut dalam kesedihan yang kurasakan. Menangisi kepergian mu. Menangisi kenangan yang dulu pernah aku rasakan ketika bersama mu. Sampai akhir nya buliran air mata ku terjatuh itu karna mu! Ini memang gila! Tak seharus nya aku seperti itu. Menangisi orang yang sudah membuat kita sakit. Tapi hati ini memilih untuk bertahan untuk merasakan sakit itu. Aku yang terlalu menyayangi mu, hingga akhir nya aku tak bisa merelakan kepergian mu.
Semenjak kepergian mu. Tidak ada komunikasi lagi diantara kita. Ingin menyapa mu, tapi hati terlalu takut untuk menyentuh layar handphone dan ku ketik nama mu disana. Terkadang hati merasa sepi semenjak kepergian mu. Tak ada canda tawa dari kita ketika sudah bersama, tak ada saling ejek ketika kita sudah bertemu, tak ada saling rindu yang sudah membara ketika tidak berjumpa dengan mu. Iya. Aku merindukan kebersamaan kita.